Jumat, 13 Desember 2013

sedikit catatan untuk kawan-kawan sastra yang terus berjuang

Sang pengabai keadilan, sebagai aparatus konstitusional yang katanya ingin menegakkan kedisiplinan, dengan memakai alat kekuasaannya sedang menyebar jaring untuk menggali informasi dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan massa. Maka, untuk menghindari jeratan orang-orang penegak disiplin, sang pengabai keadilan ini, mesti ada kesepakatan untuk jalan bersama, bersua dalam irama perjuangan dan melakukan langkah preventif, sesuai slogan mars Fakultas Sastra yang telah kita semayamkan dalam sanubari. Kesepakatan dalam kebersamaan adalah kunci dalam menghadapi bertubi-tubinya goncangan dan badai yang terus menerus dilakukan oleh pengabai keadilan ini. Ada beberapa contoh perjuangan yang berhasil dengan kunci kesepakatan dalam kebersamaan. Contohnya, perjuangan dalam merebut kemerdekaan yang dilakukan oleh Rakyat Indonesia melawan penjajahan Belanda. Selama 300 tahun lamanya, Rakyat Indonesia harus menderita berkepanjangan dan karena penderitaan itulah timbul kesepakatan dalam kebersamaan. Kesepakatan dalam kebersamaan seperti mogok kerja atau bahkan mengangkat senjata untuk berjuang menumpas segala bentuk penindasan yang dialami selama ini. Tetapi, kesepakatan dalam kebersamaan ini tentu membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit. Semua pejuang kebenaran di dunia tidak pernah bisa berpikir tenang untuk tetap memperjuangkan kebenaran dan menjaga kebenaran yg telah direbut sebelumnya. Mereka (baca:pejuang kebenaran) rela mengorbankan waktu, harta, keluarga dan bahkan nyawa sendiri untuk menggapai sebuah kemenangan atas tegaknya kebenaran. Hari ini, bentuk atas pengabaian bahkan perampasan hak atas keadilan (baca:pelanggaran HAM) di masyarakat miskin dan minoritas selalu marak terjadi. Bentuknya berupa tindakan teror, intimidasi bahkan tidak segan-segan menghilangkan nyawa. Hal ini juga banyak terjadi, jika kita mengintip sejenak kondisi yg ada di dalam kampus. Para pejuang kebenaran di dalam kampus selalu diancam, diteror dan dihadiahi penghentian sejenak hak belajar (baca:skorsing) dengan alasan pendisiplinan. Padahal, mereka (baca:kawan-kawan yg memperjuangkan kebenaran) hanya sedang menyuarakan kebenaran baik melalui pena perjuangan maupun teriakan keras melalui corong megaphone pada saat turun ke jalan. Itulah harga atas sebuah perjuangan kemerdekaan, untuk tegaknya sebuah kata kebenaran di dalam kampus. sebuah kebenaran yg harus menerus diperjuangkan dengan harga apapun atau dengan tebusan apapun. Hendaknya kita sebagai insan muda, sebagai penerus tongkat estafet perjuangan tidak mempertanyakan atau mengeluh atas kondisi yang akan dialami tetapi harus menerima sebagai sebuah konsekuensi. Bukankah hal ini sudah diingatkan oleh Tan Malaka yang berkata" Barangsiapa yg mengkehendaki kemerdekaan buat umum, maka ia harus sedia dan ikhlas untuk menderita kehilangan kemerdekaan diri sendiri". Kemerdekaan untuk istirahat, makan dan bersama keluarga sendiri tak urung harus diikhlaskan karena perjuangan bukanlah hadiah yang bisa didapat secara cuma-cuma atau gratis serta tidak takut lagi untuk menderita karena rasa takut justru akan menghilangkan akal sehat dan membuat sang pengabai keadilan, aparatus konstitusional itu malah akan semakin keras kepala dan merasa menang. Jangan biarkan para pengabai keadilan, aparatus konstitusional menakut-nakuti, mengintimidasi dan menggoreskan luka pada setiap langkan yang akan dan telah kita ambil . Perjuangan ini masih panjang. Kita telah menggapi kemenangan kecil, yaitu semangat untuk sepakat jalan bersama, bersua dalam irama dan dentungan detak perjuangan. Jangan pernah berhenti berjuang kawan-kawan. Kemenangan kecil itu, meskipun menggoreskan luka yg tajam, tapi manakah yg lebih menyiksa daripada harus melihat pengabaian atas kebenaran terus menghantui kita, yg dilakukan oleh aparatus kontitusional itu. Teruslah berjuang kawan-kawan. karena, setiap perjuangan dalam menancapkan panji-panji kebenaran dan kemanusiaan pasti menuai hasil. Kita tidak tahu apakah kita yang akan menuai keringat, air mata dan pengorbanan kita ini, atau anak cucu kita kelak. Seperti yg dikatan Abraham Samad "Tidak semua yg kita perjuangkan saat ini bisa kita nikmati hasilnya. Mungkin generasi berikutnya yang akan menikmatinya’’. Tetapi satu yang pasti kawan-kawan, bahwa kita sedang berjuang dan harus terus berjuang agar kita termasuk orang yang menggunakan hidup untuk hal yg terbaik. Penyair besar Indonesia pernah berkata "Masa terbaik dalam hidup seseorang adalah masa ketika ia dapat mempergunakan kebebasan yg telah direbutnya sendiri. Oleh karena itu, mari mempergunakan kemerdekaan itu untuk terus berjuang agar menjadi masa terbaik dalam hidup kita. "Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali mereka sendiri yang akan mengubahnya" itulah salah satu firman Tuhan yang menjadi alasan paling kuat dari sisi spiritual, kenapa kita harus berjuang dan terus berjuang untuk menegakkan panji-panji kebenaran kapan dan dimanapun itu yg tdk pernah terwujud, jika tidak ada perjuangan dari kita (baca:kaum tertindas) yg merebutnya dari sang pengabai keadilan. Tetaplah menjaga semangat sebagai ksatria Bumi Sastra, penjaga Rumah Kebudayaan. Jangan pernah takut karena sejatinya sastra mengajarkan keberanian. Seperti Khalifah Umar bin Khattab r.a, yg berkata"Ajarkanlah sastra kepada anak-anakmu, karena itu dapat mengubah anak yang pengecut menjadi pemberani.’’ Tak ada laknat kecuali kepada mereka mundur, menyerah atau bahkan lari dari arena pertempuran. #Untuk kawan-kawan Sastra Unhas yang terus menyuarakan kebenaran melalui corong megaphone maupun melalui pena. Panjang umur perjuangan, diberkatilah para pejuang kebenaran, para ksatria Bumi Sastra Unhas, penjaga Rumah Kebudayaan.

Jumat, 06 Juli 2012

BILA KATA TAK DIBERI ARTI

Cara untuk mengukur kelemahan Menurut salah satu mantan presiden amerika yaitu Abraham Lincoln salah satu cara untuk mengukur atau mengetahui kelemahan seseorang dia harus menjadi seorang pemimpin, karena dengan begitu orang-orang yang dipimpinnya tentu melakukan pengawasan, kritikan, serta cacian maupun saran baik melihat dari segi sifat atau kelakuannya, maupun dalam setiap pengambilan keputusan sehingga seorang pemimpin tersebut mengetahui kelemahan-kelemahan yang selama ini dimilikinya namun tidak atau belum diketahui sebelumnya. Namun, lagi-lagi tidak semua orang mau dan siap untuk dikritisi dan bahkan parahnya untuk kalangan mahasiswa sendiri. Inikah wajah mahasiswa saat ini. Saya tidak akan berbicara banyak mengenai teori kepemimpinan maupun teori lainya, dan saya bukanlah orang yang paling sempurna sehingga mengkritisi persoalan kepemimpinan dalam lembaga kemahasiswaan tetapi hanya berusaha mengungkapkan apa yang selama ini saya lihat dalam dunia lembaga kemahasiswaan dengan adanya mahasiswa yang mengetahui segudang teori dan dikoar-koarkan, ternyata belum manpu untuk dipahami atau bahkan diaplikasikan oleh diri sendiri. Terkadang mahasiswa dengan gagah beraninya mengkritisi kebijakan-kebijakan birokrasi kampus maupun pemerintah namun nyatanya takut dikritisi oleh teman sesama mahasiswa sendiri dengan bukti bahwa ketidakberaniannya untuk menjadi seorang pemimpin lembaga kemahasiswaan. Hilangnya keberanian Akhir-akhir ini miris melihat kondisi kelembagaan mahasiswa. Dalam proses pengaderan kita selalu ditanamkan untuk memiliki jiwa kepemimpinan dan siap setiap saat jika dibutuhkan organisasi dan ini menjadi nyanyian surgawi mahasiswa (baca senior) ketika berhadapan degan mahasiswa baru (baca junior). Namun, hal yang sangat kontradiktif terjadi misalnya ketika diadakan kompetisi dalam pemilihan pemimpin lembaga kemahasiswaan. Mahasiswa yang tadinya berkoar-koar dan bahkan berbusa-busa mulutnya dengan nyayian surgawinya untuk bagaimana mahasiswa baru punya keberanian untuk menjadi pemimpin ternyata menghindar yang semakin menpertegas bahwa nyalinya kurang atau malah hilang dan bahkan parahnya malah bersembunyi dibalik opini-opini nya. ‘’Saya belum siap atau saya sibuk, berikan kesempatan kepada yang lain dan sederet alasan lain yang menjadi opini-opini pembenaran yang sering kita dengar untuk menghindar dari pencalonan nya sebagai pemimpin lembaga kemahasiswaan. Pertanyaan mendasar adalah mengapa seorang mahasiswa sekali lagi dengan gagah berani dan penuh percaya dirinya ‘’memberaki’’ telinga mahasiswa baru namun toh kenyataannya mereka sendiri yang tidak manpu untuk menbuktikan ucapannya. Tantangan berorganisasi dan menjadi pemimpin lembaga kemahasiswaan Tentu sebagai seorang mahasiswa terutama yang sudah melalui beberapa tahun di kampus dan banyak belajar di organisasi, tentu mengetahui atau paling tidak pernah mendegar betapa susahnya perjuangan mahasiswa pada zaman orde baru dibawah pimpinan Presiden Soeharto dalam mengekspresikan segala saran atau kritikan terhadap kebijaka-kebijakan yang diambilnya. NKK atau Normalisasi Kehidupan Kampus pernah menjadi sebuah kebijakan yang diambil oleh presiden pada zaman Orde baru. Mahasiswa yang baik adalah mahasiswa yang tahunya hanya belajar tanpa harus mengurusi atau mengkritisi kebijakan pemerintah. Tidak dibolehkan untuk belajar berorganisasi dalam kampus dalam hal ini kebebasan berbicara, berkumpul dan berekspresi itu sangat dibatasi dan parahnya bias diculik dan diadili secara sepihak jika melanggar. Tantangan yang dialami oleh mahasiswa orde baru sangat keras oleh pemerintah, sebagian merasa takut untuk berorganisasi atau bahkan malah kucing-kucingan dalam berorganisi, namun betapa pun susahya untuk beroganisasi dalam kampus toh nyatanya bisa dan bahkan pada saat itu semua mahasiswa berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin lembaga Dewan Mahasiswa (DEMA) dan majelis mahasiswa adalah lembaga kemahasiswaan tingkat universitas. Dewan mahasiswa ini sangat independen, dan merupakan kekuatan yang cukup diperhitungkan sejak Indonesia merdeka hingga masa Orde Baru berkuasa. Ketua dewan mahasiswa selalu menjadi kader pemimpin nasional yang diperhitungkan pada jamannya. Sekarang dengan tidak adanya tekanan yang berarti dari pemerintah dengan melihat perbandinganya pada zaman orde baru dan dengan adanya pasal dalam Pasal 28E ayat (3) dengan bunyinya bahwa “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat’’. justru tingkat kemauan sesorang untuk menjadi pemimpin dalam lembaga mengalami degradasi. Menberi arti pada kata Saya tidak ingin menyalahkan teman-teman mahasiswa namun justru ingin menyadarkan bahwa kita harus mampu untuk menbuktikan apa yang selama ini kita dengung-dengungkan dalam bentuk doktrinisasi ke mahasiswa baru, Jangan sampai kata tak diberi arti. Memang tidak setiap orang punya jiwa kepemimpinan yang kuat seperti misalnya Soekarno dengan kharismatiknya dengan kemampuan berbicara dan menulis yang sama kuatnya, namun paling tidak kita berani untuk menjadi seorang pemimpin karena seperti apa yang pernah dikatakan Soe Hok Gie dalam potongan puisinya ‘’ hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda Tanya…’’ Kita tidak tahu apa yang akan terjadi tetapi kita harus berani menghadapinya begitulah interpretasi saya terhadap potongan puisi Gie ini dan jika kita gali lebih jauh dalam agama dikatakan kita adalah pemimpin dalam muka bumi ini dan pemimpin minimal untuk diri kita sendiri, jadi tidak ada alasan untuk menghindar untuk menjadi pemimpin lembaga kemahasiswaan. Akhirya semoga dengan memberi arti pada setiap kata-kata kita, api semangat untuk menjadi pemimpin kelembagaan yang mulai menurun dapat dikobarkan kembali. Hidup mahasiswa…!!!

Jumat, 23 September 2011

“Esensi Sebuah Kaderisasi”

OPINI



Setiap tahun diadakan Penerimaan Mahasiswa Baru atau sering disebut (PPMB) dan t entu mahasiswa baru ini akan melakoni yang namanya kaderisasi. Dalam sebuah organisasi, kaderisasilah yang menjadi tolak ukur paling besar keberhasilan organisasi. Pengaderan merupakan kegiatan rutin tiap tahun yang dilakukan oleh pengurus untuk mencetak kader-kader yang memiliki nilai lebih untuk melanjutkan jalannya roda kelembagaan. Kaderisasi menurut KBBI merupakanp proses untuk mencari kader sedangkan kader sendiri adalah orang yang akan menjalani kaderisasi itu.Setiap organisasi pasti memerlukan yang namanya kader disitulah kaderisasi dibutuhkan untuk mendapat kader baru yang sesuai dengan tuntutan organisasi itu sendiri. Beda organisasi beda pula tuntutan kaderisasinya. Namun, intinya tetap sama yaitu menbentuk pribadi yang bertanggung jawab serta manpu melanjutkan organisasi kedepan dengan lebih baik. Dalam kaderisasi akan dibentuk sebuah karakter yaitu disiplin,bertanggung jawab, saling menghargai sesama, kekompakan angkatan, pengenalan warga lama dan warga baru dalam hal ini senior dan junior serta banyak lagi.


Realitas

Dalam melakukan kaderisasi setiap pengkader harus terlebih dahulu menberikan pengertian mengenai arti atau esensi yang ingin dicapai agar sang kader bisa mengerti. Terkadang pengkader hanya sering berkata‘’Kalian akan tahu sendiri nanti apa esensinya, atau‘’Kalian pikir sendiri apa esensinya’’ itulah kata-kata yang sering keluar dari mulut seorang senior yang melakukan pengaderan. Syukur-syukur jika senior tadi mengerti esensi pengaderan dan tidak selalu berlindung dibalik kata-kata tadi untuk menutupi ketidaktahuannya, oleh karena itu seorang pengader itu harus orang yang betul mengerti esensi kaderisasi dan manpu menjelaskan kepada mahasiswa baru esensi setiap proses kaderisasi yang dilakukan terhadap mahasiswa baru. Yang sering juga terjadi adalah ketika menanamkan sopan santun kemahasiswa baru apakah itu dalam hal berprilaku maupun dalam berpakaian. Ketika seorang senior menyuruh mahasiswa baru untuk menjaga ucapan, tidak mengeluarkan kata kotor terkadang malah senior ini sendiri yang sering mengeluarkan kata-kata kotor, sama halnya dengan menyuruh mahasiswa baru memakai pakaian yang tidak ketat kemudian ternyata senior sendiri yang memakai baju ketat. Berikanlah contoh yang baik sebelum menyuruh orang lain,sebab pasti mahasiswa baru akan selalu melihat pola tingkah laku senior sebagai acuan jika senior sendiri yang melanggar maka tentu mereka menganggap bahwa buat apa kita melakukan perintah senior kalau senior saja tidak menjalankan hal itu.


Kaderisasi yang Ideal


Kaderisasi yang ideal? Bagaimana sebenarnya kaderisasi yang ideal itu.Ideal adalah suatu kata yang ingin menjelaskan suatu yang diidam-idamkan. Permasalahan terkadang muncul dan sangat bisa terjadi yakni terjadinya perbedaan antara nilai-nilai kader dengan nilai-nilai kemanusiaan. Idealnya suatu pengaderan sesuai dengan amanah yang tersirat dalam UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, ini merupakan dasar pengaderan yang ideal bagi setiap manusia di Indonesia, itu dalam tingkatan negara dan tentu dalam pengaderan di setiap organisasi harus mendasarkan pengaderannya pada hal ini sehingga dapat menjadi ideal.Intinya seorang senior harus mengerti esensi pengaderan serta manpu menberikan contoh yang baik ke mahasiswa baru, agar mahasiswa baru dapat menjadi kader yang sesuai dengan harapan setiap organisasi.

_Muhlis abduh_

Kamis, 28 April 2011

si aku vs dia

si aku berdiri kokoh beristanah megah
setiap pagi melempar sisa-sisa kepada dia
si aku berdiri bertolak pinggang
telunjuk berperintah.
si aku berdiri.berdiri.berdiri
di atas. si dia hanya bisa duduk
menadah tangan bak anjing tunggu jatah tulang.
si dia duduk hanya terkaku bengong bodoh
tunggu si aku lempar tulang dari istana megah nya.

Senin, 11 April 2011

KAMI MAU UNTUK BISA

Kami bisa !
Kami manpu!
Dan mau kami buktikan !

Anjing-anjing itu selalu mengonggong
Bak kami mengambil tulang jatah makannya.
Anjing –anjing itu selalu menggertak kami
Berusaha untuk melukai kami.

Kami memang harus meranggkak
Tapi kami rela,
Kami memang harus jalan tertatih
Tapi kami mau,
Kami mau melewati itu semua .

Minggu, 10 April 2011

GADIS MANIS YANG TAK BERNAMA

Setiap orang yang menatapnya akan terpesona,jantung berdetak lebih cepat dan mata seakan tidak mau berkedip. Begitulah yang dialami si abdul, pria pendiam asal pinrang. Rambut hitam sebahu, mata bulat,dengan baju tertutup sampai di lengan dengan celana panjang sampai mata kaki berjalan tepat di hadapannya.
Wajah putih gadis manis itu mencerahkan pagi yang dingin masih bergerimis itu dan sekaligus mencerahkan hati abdul. Tangan putihnya sedang asik memegang payung putih kecil yang hanya muat untuk satu orang. ‘’ ini bidadari yang sedang tersesat di bumi atau sengaja diturunkan untuk bertemu dengan ku’’. Tanya abdul dalam hatinya.
Si abdul ingin berkenalan dengan gadis manis itu, sekalipun hanya sekedar menanyakan namanya. Namun, badannya seakan menbatu, mulutnya seakan tertutup rapat tak manpu berucap satu katapun. Gadis manis itu akhirnya berlalu pergi.
Suatu sore angin berhembus sepoi-sepoi, abdul ingin pulang kerumah yang tidak jauh dari kampus tempat kuliah. Tiba-tiba pandangan abdul tertuju pada seorang gadis yang sedang berjalan sendiri menyusuri jalan setapak yang ada di sekitar danau. Abdul menperhatikan dengan seksama setiap detail gadis yang dilihatnya itu dan akhirnya yakin kalau gadis itu adalah gadis manis berpayung putih yang pernah dilihatnya di kampus. Abdul mengumpulkan segenap sisa keberaniannya dan menghampiri gadis itu.
Dengan sedikit terbata-bata abdul bertanya pada si gadis.
‘’Hay.. mmmau ke mmmana’’?
‘’Pulang ke rumah’’ jawab si gadis.
‘’Ini kesempatan langka dan sangat berharga dan tidak boleh disia-siakan’’, kata abdul dalam hati.
Kali ini abdul bertanya dengan lebih berani.
‘’Boleh aku antar pulang’’
‘’hmm.. nda usah. Rumah saya dekat dari sini kok.’’.jawab si gadis dengan malu-malu.
Abdul tak menyerah, dia menbujuk gadis itu dan akhirnya gadis itu merasa tidak enak untuk menolak tawaran abdul.
Iya dech..!!!
Betapa bahagianya hati si abdul mendengar jawaban itu, hatinya bak anak kecil dapat mainan baru dari ibunya, bak burung yang dilepas dari sangkarnya, dan seakan jiwanya melayang-layang di surga firdaus.
Ahkirnya abdul mengantar gadis itu pulang ke rumahnya. Di jalan, si abdul berusaha mencairkan suasana dan membom-bardir si gadis dengan beribu pertanyaan. Seakan dia ingin mengetahui gadis ini lebih dalam dan lebih dalam lagi. Suasana hati abdul begitu indah bagai dunia miliknya sendiri dan yang lain Cuma ngontrak.
Tiba-tiba gadis itu menyela pertanyaan abdul yang begitu banyak.
‘’Rumah putih dengan pagar putih itu ya’’..!
Suaranya terdengar merdu.
Motor si Abdul berhenti dengan perlahan.
‘’Oow.. ini rumah kamu ya’’?
Tanya si abdul.
Iya. Makasih ya uda ngantar aku.
Jawab si gadis sambil berlalu.

Ah… bodohnya aku, kenapa aku lupa tanya namanya ya…!
Si abdul memarahi dirinya sendiri.

Setelah hari itu si abdul tidak pernah lagi melihat gadis itu di kampus. Hari-hari dilalui si abdul dengan begitu menbosankan. Setelah lelah berkuliah seharian di kampus abdul pulang ke rumah. Abdul mengambil gelas kaca dan menuangkan air kedalam gelas kaca itu dan secara perlahan-lahan diminum air putih itu sambil menyetel televisi yang sudah agak tua.
Seorang pembawa berita menyampaikan sebuah berita , seorang pria kaya raya menikahi seorang gadis.
Waktu seakan berhenti sejenak. Gelas kaca yang dipegang si abdul terjatuh ke lantai, pecah berkeping-keping. Di gosok-gosoknya lagi mata si abdul takut kalau matanya sedang salah lihat. Di cubitnya tanganya jangan sampai dia hanya sedang bermimpi buruk dan belum sempat bangun.
Tetapi, ternyata itu memang bukan mimpi dan bukan salah lihat. Sang pengusaha kaya raya itu menikahi gadis manis yang belum sempat diketahui namanya oleh si abdul.
by. ukie poetra abdoeh